Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Zaini dan Kunjungan Nostalgianya ke Bundaran HI Setelah 40 Tahun...

Dengan langkah perlahan, Zaini (75) berjalan melewati trotoar Jalan MH Thamrin menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI) di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/12).

Pada saat itu, Zaini mengenakan kaus polo panjang bahu lurus berwarna abu-abu, celana panjang berwarna cokelat, sandal cokelat dengan menggambar dan topi berwarna putih.

Dia mendekati Kumpulan Aneka Resep Masakan Sederhana untuk Pemulang tengah duduk bersila di bawah tenda posko yang berwarna hijau tua, lalu bertanya tentang letak air mancur Bundaran HI.

"Tempat mana tempat air muncul?" bertanya Zaini dengan melihat sekitarnya.

Baca juga:

Air mancur di Bundaran HI tidak terlihat saat Zaini hadir.

Hanya tampak kerangka videotron dan panggung untuk perayaan pergantian tahun 2025 nantipositories.

Akhirnya, Zaini tiba di Jakarta setelah melakukan perjalanan panjang selama seminggu dari kampung halamannya yang berada di Sampang, Madura.

Dia memutuskan untuk menghabiskan waktu ini pada Sabtu ini dengan berjalan kaki dari rumah temannya, yang berjualan di warung sembako di sekitar Gondangdia menuju Bundaran HI.

Penasaran tidak menurun karena lelah, yang bernama Zaini terus ingin tahu tentang potret Bundaran HI terbaru.

"Biarkan sahaja saya melihat. yang dekat, nanti kalau lemas boleh duduk dulu," katanya santai.

Baca juga:

Bagi Zaini, kunjungannya kali ini pertama kali dalam empat dasawarsa terakhir, namun tiba-tiba mengikutsertakan dia pergi kembali ke tempat ini.

Kristal-kristal ingatannya malamparkan ke masa lalu ke tahun 1980-an, ketika ia pernah mengunjungi Bundaran HI.

Heran! Ia datang untuk berdagang kayu dari Kalimantan ke Jawa.

"Di masa lalu, bangunan ini tidak setinggi sekaran. Sekarang, lihat ke atas saja saja bisa membuat perlu pusing," ujar mereka dengan tersenyum.

"Dulu saya suka dagang kayu, saya jalan-jalan ke Cirebon, Tegal, sampai Jakarta. Salah satu cacatan sih, dari Madura, saya bawa hewan sapi ke Kalimantan, ke Balikpapan, lalu dari sana kembali ke Jawa, utamanya ke Surabaya," kenangnya.

Baca juga:

Meskipun demikian, Zaini juga penasaran dengan persiapan perayaan tahun baru di Bundaran HI.

"Di mana pesta tahun baru malam ini akan diadakan?" tanyanya sambil memandang-lihat sekitar.

Dia memandang setiap sudut secara teliti, seolah seperti ingin membakar seluruhnya ke dalam ingatannya.

Tanggal 1 Januari tahun akan datang, aku pasti akan datang menemui Anda di Bundaran HI tepat tengah malam.

Meskipun usia sudah menunjukkan loiasan, keinginan Zaini untuk mengenang masa lalu dan menikmati momen-momen sederhana di hatinya masih membakar.

Kenangan Zaini membawanya kembali ke depan monumen atau perkuburan anggota TNI di Monas, tak jauh dari Bundaran HI, tempat yang Purnomo pernah menjadi bagian dari hidupnya.

Post a Comment for "Kisah Zaini dan Kunjungan Nostalgianya ke Bundaran HI Setelah 40 Tahun..."